Dalam kehidupan, kau harus percaya bahwa kehadiranmu
di dunia bukan tidak dengan tujuan. Kehadiranmu adalah untuk memaknai hidup
dari kehidupan di dunia, sebagaimana Tuhan memberimu nafas agar kau mengerti
dan tahu, menghargai pencipta dan sesama ciptaan, dimana keduanya harus punya
ikatan yang saling terhubung (harmonis) dan tak boleh terpisahkan.
Kau harus percaya bahwa, saat di
lapangan, kau mungkin saja menguasai bola, tapi tidak pernah terpikirkan olehmu
bahwa ada seseorang di belakang, yang siap mengambil alih permainan. Dalam
waktu yang singkat, kau mungkin kehilangan kendali, tetapi dalam keriuhan seperti
apapun, harus percaya bahwa kau adalah raja di tempat itu (untuk sementara).
Kau harus percaya bahwa kau adalah
ujung tombak, dan tak perlu meminjam rasa tertekan dan ketergesahan dari para
penonton di luar, sebab dalam keadaan demikian, kau adalah raja dari semua
anggota tubuhmu. Dan dalam waktu sepersekian detik, kau akan mengerti betapa
pentingnya peran rekan seregu, betapa perlu, dalam waktu tertentu kau tak boleh
melayani egoisme. Sebab, setiap tendangan tak selamanya tepat, tapi pantulannya
ke rekan seregu akan mengagetkan.
Dalam waktu tertentu, kau harus
menjadi pelatih sekaligus pemain, mungkin juga menjadi wasit atas dirimu, tapi
bukan soal mendikte atau memberi hukuman, sebab dalam peranan, kau adalah raja.
Tetapi pada akhirnya, kau harus sadar bahwa wajah dalam cermin bukan
siapa-siapa selain dirimu sendiri. Bukan rekan seregumu yang memantulkan bola,
bukan penonton yang tergesah-gesa, bukan komentator yang bisanya hanya
mendikte, bukan pelatih yang tidak pernah duduk diam – meskipun tak melakukan
apa-apa – atau bukan wasit yang dengan geram melempar lifrik.
Kau harus percaya bahwa sosok dalam
cermin adalah kau yang hebat (untuk ukuran diri sendiri), yang memiliki hak
untuk mengganti kebencian dengan cinta diri, lalu berhenti menyalahkan orang
lain, kemudian berfokus pada kebaikan guna membangun diri agar lebih baik lagi,
seiring timbul tenggelamnya matahari.
Panen pun akan melimpah, sejak kau
lebih percaya pada diri dan tidak melupakan peran dari rekan satu tim,
karena kebaikan tergantung kebaikan yang terjalin, dan jauh di atas segalanya,
baik buruk dalam kehebatan, lebih baik percaya diri sendiri dan jadi diri
sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar